Halaman

BLOG KERANA MANISNYA EPAL

BLOG KERANA MANISNYA EPAL

Jumaat, 10 Disember 2010

DIA YANG MAHA SEMPURNA

 Kehidupan dunia ini merupakan tempat ujian bagi manusia. Siapa yang berhasil maka dia akan merengkuh piala kebahagiaan kelak di surga, dan siapa yang gagal akan menyesal dan merana di neraka. Bentuk ujian tersebut tidak hanya berupa kesengsaraan, kesedihan, kekurangan, namun juga kemudahan, kesuksesan, kekayaaan dan semacamnya. Paradigma sepeti ini kurang begitu dipahami oleh sebagian kaum muslimin saat ini. Mereka kebanyakan memahami bahwa ujian hanya identik dengan kesengsaraan duniawi. Sehingga banyak terjadi kesalahan sikap dalam menghadapinya.
Kesalahan fatal yang sering terjadi adalah bentuk penggugatan terhadap Allah yang kadang biasa menjadikan pelakunya. Pernyataan yang keluar bukan lagi sebuah pengaduan keluh kesah, tetapi seolah-olah meminta keadilan Allah dalam permasalahannya. Mengaggap Allah tidak adil dengan menimpakan bala` (kesusahan kepadanya). Kelompok ini selalu mengkaitkan semuanya kepada Allah tanpa melihat sebab musababnya. Kadang terbawa perasaan, seperti dirinya telah banyak melakukan ketaatan dan amalan-amalan sunnah. Hingga, merasa tidak pantas mendapatkan ujian tersebut. Rasa husnuzhzhan pada dirinya lebih didahulukan daripada kepada Allah. Akibatnya kurang bisa menerima dan kurang bisa berinteropeksi diri terhadap sebab musababnya, baik secara kauni maupun syar`i.
Kemudian sikap di atas disikapi kelompok lain dengan pernyataan bahwa semua bala` tidak ada kaitanya dengan Tuhan, tidak terkait dengan kecintaan dan kemurkaan Tuhan. Mereka menggap salah jika sampai menggugat Allah dalam perbuatan-Nya. Kelompok ini menganggap bahwa bencana terjadi secara alamiah. Bencana diklaim sebagai bencana alam biasa, dan hanya sebagai ”arena” pendewasaan agama (yang berujung pada revisi syariat). Kelompok ini menafikan kekuasaan Allah dalam setiap gerak alam semesta.
SIKAP IDEAL
Sementara, bagi seorang muslim sejati akan menyikapinya dengan sangat indah. Ketika tertimpa bencana, akan mengembalikan semuanya kepada Allah. Dari lisannya terucap istirja` kemudian ridha atas takdir yang menimpanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 156-157, ”(yaitu) orang-orang yang apabila tertimpa musibah, mereka mengucapkan, ’Innalillaahi wa inna ilaihi raaji`uun’. Mereka itulah orang yang mendapatkan keberkatan sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Hamba yang mengucapkan ’Innalillaahi wa inna ilaihi raaji`uun’ (istirja`), akan merasa dan mengerti benar bahwa dirinya adalah hamba-Nya, yang mana Allah berbuat sekehendaknya dan Allah tidak akan menyia-nyiakan sesuatu pun dari makhluk-Nya.
Namun sikap tersebut tidak melupakannya untuk intropeksi diri akan sebab-sebab musibah yag terjadi. Karena, bagaimanapun semua musibah terjadi disebabkan oleh manusia itu sendiri. Sebagaimana Allah berfirman, ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manuisa, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar Rum:41).
Dalam Tafsir Ibu Katsir disebutkan bahwa barangsiapa mendurhakai Allah di muka bumi, maka ia telah membuat kerusakan di muka bumi, karena perbaikan di langit dan di bumi adalah dengan taat kepada-Nya.
BAHAYA SIKAP MENYIMPANG
Idealitas sikap di atas kadang susah ditemui, walau pada mereka yang terlihat intelektual. Bahkan intelektual tersebut terlihat lebih bodoh dibanding orang awam. Hal ini nampak dari pemikiran mereka yang sangat rumit tetapi ujung-ujungnya adalah kehampaaan dan kebingungan tiada tara. Sebagai contoh yaitu bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh. Mereka menganggap bahwa bencana tersebut tak lebih dari bencana alam belaka, tanpa adanya kekuasaan Allah dalam kehedak dan perbuatan-Nya. Sehingga tidak tepat mengatakan bahwa bencana itu sebagai hukuman Tuhan. Begitu pula mengalamatkan bencana tersebut sebagai kecintaan Tuhan. Bencana terjadi karena gejala alam belaka, tidak ada kaitan dengan kemurkaan dan kecintaan Tuhan.
Terlepas dari kondisi masyarakat Aceh sebagai kaum yang taat atau yang fasik, ada satu hal yang perlu dicerati, yaitu sikap penolakan terhadap sikap sifat Allah (murka dan mencintai) dengan berbagai alasannya. Padahal penolakan sepeeti ini dapat berakibat fatal disebutkan bahwa barangsiapa meniadakan dari-Nya (satu atau beberapa) sifat atau nama yang Dia tetapkan untuk diri-Nya maka ia telah kafir dan barangsisapa yang menyerupakan asma-asma dan sifat-sifat Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk, maka dia juga telah kafir atau musyrik. Sebab dia berada di antara mendustakan Allah dan berdusta kepada-Nya. Sedangkan keduanya merupakan kekufuran yang hina dan kezhaliman yang besar.
KESEMPURNAAN SIFAT ALLAH
Ketika terjadi penolakan maupun takwil sifat Allah, maka telah terjadi sebuah tasybih atau tamtsil atau takyif. Maksud tasybih dan tantsil kurang lebih sama yaitu menyerupakan sifat-sifat Allah dengan makhluk. Sedangkan takyif adalah keyakinan bahwa sifat Allah demikian dan demikian, bisa divisualkan.
Kadang orang yang menakwil sifat-sofat Allah karena ingin selamat dari dari menyerupakan Allah dengan makhluk. Dia faham bahwa meneyerupakan Allah dengan makhluk adalah kezhaliman dan dosa yang sangat besar karena merendahkan keagunganNya. Sebagai contoh, sifat Allah murka. Mereka akan memandang sifat ini adalah kekurangan bila dinisbatkan kepada Allah. Ia melihat dari murkanya makhluk yang kadang menghilangkan keadilan dan kehormatan dirinya. Maka mereka pun akhirnya menolak sifat tersebut karena tidak ingin menyatakan Allah dengan makhluk-Nya.
Padahal sifat-sifat Allah semuanya sempurna ditinjau dari segala aspeknya. Kesempurnaan ini dapat dibuktikan dari beberapa cara yaitu wahyu, akal, dan fitrah. Secara wahyu, Allah berfirman, ”Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi, dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”, (QS An Nahl: 60)
Secara akal, telah terbukti dengan indra dan fakta bahwa sebagian makhluk ada yang mempunyai satu/beberapa sifat sempurna. Kesempurnaaanya ini tidak lain datangnya dari Alah. Jika demikian maka Dzat yang memberi sifat sempurna tersebut lebih pantas memiliki sifat-sifat sempurna. Dan diketahui juga bahwa di antara sesama makhluk ada yang mempunyai sifat sama, tetapi berbeda dalam kesempurnaannya. Dengan demikian Allah tentunya mempunyai sifat yang sempurna dan kesempurnaannya tidak sama dengan makhluk-Nya. ”Tidak ada sesuatu pun yang yang serupa dengan Dia.” (Asy Syura:11)
Sedangkan secara fitrah, manusia akan mencintai mengagungkan dan menyembah Allah. Juga tidak akan mau mencintai, mengagungkan dan menyembah dzat yang tidak mempunyai sifat kesempurnaan.
Perlu dipahami bahwa jika ada sifat yang sempurna di satu keadaan dan mengandung kekurangan di keadaaan lain, maka kita menisbatkan sebagai sifat Allah menjadi kesempurnaan-Nya dan menolaknya ketika menjadi sifat kekurangan bagi-Nya. Sifat-sifat itu akan menjadi sifat sempurna bagi Allah ketika sifat tersebut dilakukan untuk membalas orang yang melakukan perbuatan yang sama. Karena secara langsung menunjukkan kemampuan Allah untuk membalas musuhnya dengan perbuatan yang sama atau lebih baik lagi. Dan sifat itu menjadi kekurangan bagi Allah ketika sifat tersbut dilakukan tidak dalam keadaan itu. Sebagai contoh tercantum dalam firman Allah, ”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka”. (an Nisa’: 142)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Alah membalas tipuan orang munafik, bukan sebagai aksi Allah dalam menipu tetapi sebagai reaksi tipuan munafikin.
Dengan demikian jelaslah bahwa semua sifat Allah sempurna. Allah Maha adil dalam setiap perbuatan-Nya, dan Maha Tahu baik perkara yang tersembunyi maupun terlihat. Maka sungguh lancang jika sampai menggugat keadilan Allah dalam perbuatanNya, atau menafikan perbuatan Allah dengan prasangka buruk akan ketidak-sempurnaan-Nya. Seharusnya meyakini bahwa semua kejadian di alam ini mempunyai hikmah, dan tidak semua hikmah mampu terungkap oleh akal kita. Dengan demikian sikap taslim (menerima) merupakan keharusan untuk meraih kebahagiaan, bukan sikap kritis keblinger yang membawa kehancuran. Sebaik-baik sikap adalah mempersiapkan bekal untuk hari akhirat, bukan mengotak atik perbuatan Allah. Marilah renungkan firman Alah, ”dan tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai”. (al Anbiya:23).

Khamis, 9 Disember 2010

Allah Maha Sempurna.

Dari Mughirah r.a katanya, Saad bin Ubadah mengatakan : “Kalau sekiranya saya melihat lelaki berkelakuan serong dengan isterinya, nescaya lelaki itu saya tetak dengan pedang, bukan dengan punggungnya”. Ucapan itu sampai kepada Rasulullah s.a.w lalu baginda berkata : “Mengapa kamu hairan melihat cemburu Saad? Demi Allah aku lebih cemburu daripadanya. Dan Allah lebih cemburu daripadaku. Kerana itu dilarang-Nya mengerjakan perbuatan keji, baik yang terang atau pun yang tersembunyi. Dan tiada seorang pun yang suka memberi maaf lebih daripada Allah, dan kerana itu diutus-Nya orang-orang yang akan memberikan berita gembira dan orang-orang yang memberikan peringatan. Tiada seorang pun yang suka menerima pujian lebih daripada Allah, dan kerana itu (untuk orang memuji-Nya) dijanjikannya syurga”. (al-Bukhari)
Setiap apa yang menimpa diri kita ataupun orang lain daripada perkara-perkara berupa kesulitan dan sebagainya, semuanya berpunca daripada sikap kita yang meremehkan perintah Allah SWT, tidak menganggapnya penting dan tidak pempedulikan hak-hak Allah yang seharusnya dipenuhi oleh hamba-Nya. Oleh itu selaku manusia kita hendaklah memilki sifat al-Khouf (takut kepada Allah) dan ar-Roja’ (bergantung harap kepada Allah) kerana dengan memiliki kedua perasaan tadi manusia akan berfikir bahawa boleh jadi Allah akan menyiksanya atau merahmatinya.
Hal ini akan menggerakkan manusia untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin manakala dengan sifat al-Khouf pula akan mengekang manusia daripada melakukan perbuatan yang membahayakan keselamatan mereka. Sesungguhnya Allah itu Maha Sempurna dan manusia itu amat dhaif tanpa adanya pemberian ataupun nikmat yang dikurniakan oleh Allah kepada mereka. Dengan itu manusia handaklah bersifat sebagai hamba yang sentiasa cemburu untuk mendapatkan kasih sayang dan rahmat Allah bukan bersaing mahu menempah kemurkaan Allah SWT.

Manfaatkan Kelebihan Bulan Muharram

Bulan Muharram adalah salah satu daripada bulan agung di dalam kalendar Islam. Beberapa peristiwa penting berlaku di dalam bulan ini. Kehadiran bulan Muharram sebaiknya kita mengambil manfaat sebaik mungkin kerana bulan ini mempunyai banyak kelebihannya.
Terdapat beberapa perkara yang perlu diambil perhatian dalam beribadat dalam bulan ini seperti melakukan perubahan ke arah kebaikan (berhijrah). Hijrah di sini dengan maksud berubah daripada melakukan kejahatan kepada kebaikan, daripada berakhlak buruk kepada berakhlak mulia dan daripada tidak bertakwa kepada bertakwa. Hijrah juga berubah dari baik kepada lebih baik, dari suka beramal kepada kuat beramal dan sebagainya sepertimana kita disaran untuk menambah ketakwaan kepada Allah dari masa ke semasa. Sambutan Ma’al Hijrah yang diadakan dengan penuh semangat dan pelbagai acara akan menjadi sia-sia dan tidak berfaedah sekiranya ia tidak disusuli dengan perubahan sikap dalam diri setiap individu muslim ke arah yang lebih baik.
Sabda Nabi saw : “Orang yang melakukan hijrah yang sebenar ialah yang meninggalkan perkara yang dilarang oleh Allah”. ( Riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim)
Antara lain kelebihan bulan Muharram adalah dengan amalan puasa sunat. Bulan Muharram merupakan salah satu daripada bulan-bulan haram. Berpuasa pada bulan ini pada dasarnya dijanjikan dengan pahala yang besar. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : “Puasa yang paling utama selepas Ramadhan ialah bulan Allah, Muharram dan solat yang paling utama selepas fardu ialah ialah solat malam”. (Riwayat Imam Muslim, Abu Daud, al-Tirmizi, Baihaqi, Ahmad)
Hadis ini dengan jelas menyatakan keutamaan berpuasa pada bulan Muharram berbanding bulan-bulan lain selain Ramadhan. Hadis ini juga menjadi hujah bahawa kita digalakkan berpuasa sunat pada bulan Muharram lebih banyak berbanding bulan-bulan lain.
Puasa bulan Muharram lebih lagi digalakkan pada hari ’Asyura iaitu pada 10 Muharram sebagaimana sabda Rasulullah saw, hadis riwayat Muawiyah ra berkata : Aku mendengar Nabi bersabda : Hari ini adalah hari ‘Asyura tidaklah wajib kamu berpuasa tetapi saya berpuasa. Maka sesiapa yang mahu ia boleh berpuasa dan sesiapa yang tidak mahu ia boleh berbuka. (Imam al-Bukhari dan Muslim)
Galakan berpuasa pada hari ‘Asyura ini juga berdasarkan hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim bahawa Ibn Abbas berkata : “Aku tidak melihat Rasulullah saw mengutamakan hari puasa yang dilebihkan atas hari lain kecuali hari ini, iaitu hari ‘Asyura dan bulan Ramadhan”.
Berpuasa pada hari tersebut juga akan mendapat keampunan dosa setahun yang lalu sebagaimana hadis riwayat Abu Qatadah berkata bahawa Baginda saw ditanya tentang puasa ‘Asyura. Baginda menjawab : “Ia menghapuskan (dosa) setahun yang lepas”. (Riwayat Imam Muslim dan Imam al-Tirmizi)
Terdapat sebahagian ulama’ yang berpendapat puasa pada hari ‘Asyura ini hendaklah dilakukan bersama sehari sebelumnya iaitu dinamakan juga dengan hari Tasu’a (hari ke sembilan). Ini berdasarkan hadis Ibn Abbas ra : “Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari ‘Asyura dan menyuruh orang ramai supaya berpuasa, mereka berkata: Wahai Rasulullah saw, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi. Maka Nabi saw bersabda: “Sekiranya aku masih hidup tahun hadapan, tentu aku akan berpuasa pada hari kesembilan”. (Riwayat Imam Muslim)
Imam al-Nawawi (w 676) dalam menghuraikan hadis-hadis ini telah menukilkan pendapat Imam al-Syafie dan ulama’ di dalam mazhabnya, Imam Ahmad, Ishak dan yang lain-lain bahawa mereka semua ini berpendapat bahawa disunatkan berpuasa pada hari ke-9 dan hari ke-10, kerana Nabi saw berpuasa pada hari ke-10 (‘Asyura) dan berniat untuk berpuasa pada hari ke-9 (tahun berikutnya). Imam al-Nawawi menyambung lagi: “Sebahagian ulama’ berpendapat bahawa kemungkinan sebab digalakkan berpuasa pada hari ke-9 dengan hari ke-10 ialah supaya tidak menyamai dengan amalan kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ke-10″.
(Rujuk: al-Minhaj syarh Sahih Muslim, Bab al-Siyam, (Beirut: Dar al-Ma’rifah , cet.7, 2000), jil 4, hal. 254)
Justeru, marilah kita merebut peluang dikesempatan bulan yang mulia ini untuk menambahkan amalan kita dengan berpuasa sunat.
Antara hadis-hadis lain berkenaan puasa sunat hari ‘Asyura ialah :
  1. Ibn ‘Abbas meriwayatkan yang bermaksud: “Apabila Nabi saw datang ke Madinah, Baginda melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura, lalu Baginda bertanya: “Apakah ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik di mana Allah telah menyelamatkan padanya Nabi Musa dan Bani Israil daripada musuh mereka, maka Musa pun berpuasa”. Lalu Baginda saw bersabda: “Aku lebih berhak dengan Musa daripada kamu”, maka Baginda pun berpuasa dan menyuruh orang ramai supaya berpuasa“. (Riwayat al-Bukhari)
  2. A’isyah r.a berkata (maksudnya): “Rasulullah saw telah mengarahkan supaya berpuasa pada hari A’syura, dan apabila telah difardhukan puasa Ramadhan, maka sesiapa yang hendak berpuasa (hari A’syura) maka dia boleh berpuasa, dan sesiapa yang hendak berbuka maka dia boleh berbuka (tidak berpuasa)”. (Riwayat al-Bukhari & Muslim).
  3. Daripada ‘Aisyah r.a berkata yang bermaksud: “Orang-orang Quraish di zaman jahiliyah berpuasa pada hari ‘Asyura, dan Rasulullah saw juga berpuasa pada hari A’syura. Maka apabila Baginda datang ke Madinah, Baginda berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang ramai berpuasa. Apabila difardhukan kewajipan puasa Ramadhan, ditinggalkan puasa pada hari ‘Asyura lalu Baginda bersabda: “Sesiapa yang mahu, maka dia boleh berpuasa, dan sesiapa yang tidak mahu berpuasa, maka dia boleh tinggalkannya”. (Riwayat al-Bukhari & Muslim)
Inilah beberapa contoh hadis sahih yang menyebut tentang puasa pada hari ‘Asyura. Daripada hadis-hadis ini dapat difahami bahawa puasa pada hari ‘Asyura merupakan suatu perkara yang wajib sebelum difardhukan puasa Ramadhan. Apabila difardhukan puasa Ramadhan pada tahun ke-2 Hijrah, maka kewajipan ini telah gugur. Namun ianya tetap digalakkan dan merupakan salah satu daripada sunnah yang sangat dituntut. Inilah di antara kesimpulan yang disebut oleh al-Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani (w 852) dan al-Imam Muslim (w 676) ketika menghuraikan hadis-hadis tentang puasa ‘Asyura ini.
(Rujuk Fath al-Bari, Kitab al-Saum, Bab Siyam Yaum ‘Asyura, 4/309, dan al-Minhaj Syarh Sahih Muslim, Bab Saum Yaum ‘Asyura‘ 4/245)

Rabu, 8 Disember 2010

kuala kangsar

"Masjid Ubudiah In Kuala Kangsar"
Kuala Kangsar Clock Tower
Istana Kenangan of Kuala Kangsar
jambatan sayong
kolej islam

kuala kangsar

                                                    Singgah di lembah Kuala Kangsar

 bandar diraje
Stesen Bas Kuala Kangsar


sungai perak
 bandar di raje

 sungai perak
Stesen Bas Kuala Kangsar
Pemandangan dari Bukit Chandan - Sungai Perak
Istana Iskandariah


banyak lagi tempat menarik yang ada boleh pergi  dan selamat cuti sekolah

pelangi







cantik nye ciptan allah

Selasa, 7 Disember 2010

beruang panda

kasih sayang ibu terhadap anak walaupun ia nye hanya binatang

lindungi lah anak anda sekuat yang mampu

perniagaan adalah lapangan ekonomi


BIDANG perniagaan adalah lapangan ekonomi yang digalakkan Islam. Sejarah Islam memaparkan Nabi Muhammad terbabit dalam aktiviti perdagangan sebelum Baginda diangkat sebagai Rasul. Ini menunjukkan bidang perniagaan mendatangkan keuntungan.

Bagaimanapun, peniaga mesti melaksanakan urusan niaganya mengikut lunas dibenarkan agama. Namun begitu, ada segelintir peniaga tidak mengambil berat mengenai halal haram dalam perniagaan. Meskipun barangan atau perkhidmatan yang diurusniagakan itu halal, tetapi jika bertentangan etika niaga, peniaga tetap dipersoalkan Allah kelak.
Satu bentuk pelanggaran etika niaga yang sering dilakukan ialah menipu pengguna dengan menutup keburukan sesuatu barangan. Kita sering berdepan situasi begini tatkala membeli buah-buahan yang dijual secara lambak. Buah-buahan itu dicampur antara yang elok dengan rosak. Keadaan ini bertentangan dengan aturan sebenar berniaga dan ditegah Islam.
Bayangkan bagaimana kecewanya pembeli apabila buah dibeli rosak dan tidak sesuai dimakan. Maka pembeli merungut kerana tidak puas hati dengan penjual itu.

Rasulullah bersabda: “ Tidak dibenarkan seseorang Muslim menjual jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya.” (Hadis riwayat Imam al-Quzwani).

Oleh itu, sikap menyembunyikan aib sesuatu produk atau perkhidmatan akan menyebabkan timbul kebencian pelanggan dan ini mendatangkan kemurkaan Allah. Sikap buruk begini mesti dihindari peniaga demi mengharapkan reda Allah dalam perniagaan.

Kata Nabi dalam sabdanya yang lain: “Adalah tidak halal seorang Islam menjual barang cacat kepada pengguna dengan tidak menyatakan kecacatan itu.” (Hadis riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah).
Kalau cara berniaga sudah haram maka hasil pendapatan yang diperoleh juga haram. Apakah kita suka menggunakan sumber pendapatan haram kemudian hasil itu diberi kepada ahli keluarga? Rangkaian haram itu terus berlarutan bukan setakat dalam urusan niaga yang dilakukan malah perbuatan memberikan nafkah haram itu juga akan memberi kesan buruk kepada seseorang.

Jelas perbuatan menipu keadaan sesuatu barangan atau perkhidmatan yang dijadikan perniagaan adalah haram.

Peniaga mesti menjauhi perbuatan terlarang ini supaya segala usaha niaga yang dilakukan mendapat berkat dan hasil pendapatan diredai Allah. Biarlah keuntungan yang diperoleh itu tidak banyak tetapi penuh berkat berbanding mendapat banyak tetapi dilaknat.

Janganlah kerana terlalu ingin laba berganda atau mengikut perbuatan peniaga lain, maka kita turut sama melakukan penipuan seperti itu. Peniaga yang jujur dalam menjalankan perniagaan pasti akan mendapat keuntungan yang lumayan.

Jika sebelum ini kita pernah melakukan perbuatan itu, segeralah bertaubat dan kembali kepada kaedah berniaga yang jujur. Berniaga secara jujur melambangkan ketakwaan. Elak melakukan penipuan kerana itu melambangkan kurangnya iman.

Jadilah peniaga yang jujur, amanah, menghormati hak pelanggan dan berakhlak. Etika berniaga secara Islam akan mengangkat darjat peniaga sebaris dengan Rasulullah dan orang soleh lain.

Ahad, 5 Disember 2010

Langkah-langkah membuat cara-cara nak format hard disk dan install windows XP


1. Hidupkan komputer anda.
2. Tekan butang F2 (di sesetengah komputer, anda harus tekan butang DELETE) untuk melancarkan BIOS.
3. Dalam Phoenix BIOS, pilih Advanced BIOS Features.
4.  pilih boot sequence.
5. Dalam urutan Boot Sequence,tentukan yang  CD-ROM berada dai bahagian atas sekali,
6. Tekan F10 untuk simpan setting anda dan restart komputer,
Langkah pertama cara-cara nak buat format hard disk
1.    Pertama sekali, anda akan nampak satu skrin dengan mesej “Press any key to boot from CD…”.Tekan apa-apa butang di sini supaya komputer akan mula membaca dari CD Windows XP.
2.    Perhatikan mesej yang mula-mula keluar, “Press F6 if you need to install a third party SCSI or or RAID driver”.  Mesej ini penting sekiranya anda install Windows XP ke atas hard disk SATA. Jika ya, tekan F6 dan masukkan disket SATA yang disertakan bersama motherboard anda,
3.    “Welcome to Setup” dipaparkan. Tekan ENTER untuk mula install Windows XP.
4.    Jika anda menemui skrin “Setup did not find any hard disk” ini, besar kemungkinan anda menggunakan hard disk SATA. Kembali kepada Langkah 2,
5.    “Windows XP Licensing Agreement”. Tekan F8 untuk teruskan.
6.    Sekiranya hard hisk anda mempunyai Windows XP, Setup akan bertanya sekiranya anda nak baiki Windows XP yang lama tu. Tekan butang ESC kerana anda nak install Windows XP yang baru.
7.    Sekiranya hard disk anda:
  • masih baru dan belum mempunyai sebarang partition, ikuti langkah 7 hingga 8.
  • tapi jika ia sudah ada partition di dalamnya, teruskan pada langkah 9.
8.    Buat satu partition dengan menekan butang C.
9.    Tentukan saiz partition anda dan tekan ENTER.
10.  Pilih partition C: untuk install Windows XP. Ingatan: Kalau anda ada fail dan dokumen penting dalam partition C:, buat backup dengan memindahkan data tersebut ke dalam partition D: ataupun ke dalam external hard drive.
11.  Tekan butang C untuk setuju.
12.  Pilih NTFS sebagai file system dan tekan ENTER.
13.  Tekan butang F untuk format Hard Disk.
14.  Setup akan mula format hard disk dan menyediakan fail bagi proses install Windows XP. Setelah proses ini selesai, komputer anda akan restart dengan sendirinya.

 Langkah ke dua install windows XP,
1.Proses install windows XP bermula.Klik pada butang next.
2. Masukkan nama anda dan klik butang Next.
3. Masukkan nombor siri bagi Windows XP dan klik butang Next.
4. Masukkan password bagi Administrator dan klik butang Next.
5. Dalam ruangan Time Zone, pilih Kuala Lumpur dan klik butang Next.
6. Proses Setup telah bermula. Tunggu hingga selesai.
7. Sekiranya anda mempunyai Network Card, Setup akan meminta anda membuat pilihan mengenai Network,Klik sahaja pada butang next  sebanyak dua kali .
8. Tunggu sehingga keseluruhan proses install Windows XP selesai, dan komputer akan restart sekali lagi.

Langkah ke tiga mula menggunakan windows Xp.

1.    Kali pertama Windows XP dimulakan, screen resolution anda akan diubah mengikut kesesuaian. Klik pada butang OK.
2.    “Welcome to Microsoft Windows” dipaparkan. Klik pada butang Next.
3.    Pilih “Not right now” dan tekan butang Next. Anda boleh mengaktifkan kembali Automatic Updates pada kemudian hari.
4.    Windows akan cuba mengesan sambungan Internet anda. Anda boleh tinggalkan langkah ini dengan menekan butang Skip.
5.    Pilih “No, not at this time” supaya anda tak perlu mendaftar dengan Microsoft. Tekan butang Next.
6.    Masukkan nama anda dan tekan butang Next.
7.    Klik pada butang Finish.
8.    Kini, Windows XP telah siap sedia dipasang dan anda sudah boleh mula menggunakannya.